Senin, 14 Oktober 2013

EMANSIPASI vs STYLE

   

    Resiko bertato tidak terbatas pada pandangan negatif saja yang mungkin diterima, tetapi juga resiko terjangkitnya penyakit pasca penatoan. Mentato tubuh juga berarti melukai tubuh. 

   Bibit penyakit dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka akibat tusukan tato, dan beresiko tinggi tertular virus hepatitis ataupun HIV.

    Tato di Indonesia tidak lagi terbatas pada interaksi antar seniman tato dan klien di ruang praktek tato, namun seni tubuh ini telah keluar ke area publik. Menurut Olong (2006), masyarakat kota besar yang mengalami fenomena tato akan mendapatkan sesuatu yang dinamakan “efek repetitis”, yaitu sesuatu pola penyimpangan dan pengaruh yang terjadi secara terus-menerus dan berulang-ulang dibiarkan berlangsung hingga orang di sekitarnya serta yang menghadapinya akan menjadi terbiasa, dan di dalam diri masing-masing masyarakat akan terbentuk kemampuan untuk beradaptasi dengan penyimpangan tersebut.

     Tato telah
menjadi sebuah fenomena yang disukai oleh sebagian masyarakat umum, termasuk wanita. Bila masyarakat mulai menerima keberadaan pria yang memiliki tato (misalnya pada kalangan preman atau geng motor), namun lain halnya dengan wanita yang memiliki tato.
    
    Hasil penelitian Tapaningtyas (2008) menyebutkan bahwa pandangan masyarakat terhadap wanita bertato 55,45% negatif, 12,22% positif, dan 32,33% netral. Kebanyakan orang menilai wanita yang mentato tubuhnya identik dengan hal yang negatif (sangar, menyeramkan, preman, perempuan nakal, liar).

     Hal ini senada dengan penelitan Amstrong dkk (2008) yang menyatakan bahwa wanita bertato lebih banyak mendapatkan komentar negatif dan masalah stigma di depan umum, tempat kerja, atau sekolah dari pada pria bertato.

   Bahkan kini wanita yang bertatopun dipandang sebelah mata dan muncul persepsi bahwa "Wanita Bertato Ternyata Lebih Gampang Dirayu"


Sudah banyak wanita masa kini yang mengenakan tato pada tubuhnya, dan ternyata tato juga mencerminkan kepribadian seseorang.

Nicolas Guéguen dari France’s Université de Bretagne-Sud melakukan penelitian dana menemukan bahwa wanita yang mempunyai tato di leher bagian bawah lebih mudah didekati dan diajak bercakap-cakap. Dan tanpa sadar pun pria lebih banyak yang mendekati wanita dengan tato seperti ini. Mereka lebih berani untuk mengajak para wanita ini berkencan dan mengajaknya tidur pada kencan pertama.

Sementara riset dari tahun 2007 menunjukkan bahwa wanita yang bertato dianggap kurang menarik dan kurang dianggap dalam dunia profesional.

Jaman memang selalu berubah, begitupun cara pandang manusia. Selamat berfikir guys . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar